BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Masalah demensia sering sekali terjadi pada pasien lansia yang
berumur diatas 60 tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000
penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab.
Demensia sendiri merupakan suatu keadaan
dimana seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir tanpa adnya
penurunan fungsi kesadaran. Demensia atau kepikunan sering sekali dianggap
wajar terjadi pada lanjut usia karena merupakan bagian dari proses penuaan yang
normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga, masyarakat maupun pihak
tenaga kesehatan mengenai tanda dan gejala demensia. Dampak penyebab Demensia
tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah
lansia di Indonesia, masalah demensia ini sering dijumpai. Pemahaman yang benar
tentang penyakit ini penting dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi
lebih awal dan ditangani sedini mungkin. ( www.Meysasi’s
weblog.com,4 maret 2009 )
- Tujuan
Adapun tujuan
pembuatan makalah ini adalah :
- Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan demensia
- Mengetahui asuhan keperawatan tentang demensia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Demensia
adalah suatu sindrom yang dikarakteristikkan dengan danya kehilangan kapasitas
intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga kignitif, bahasa,
kemampuan fisual dan kepribadian. Kelima komponen tersebut tidak harus
terganggu seluruhnya, namun pada sebagian besar kasus, kelima komponen ini
terganggu dalam derajat yang bervariasi ( Galla, Joseph : 1998 ).
Demensia
dalah kondisi kanvusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif secara global
dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik ( Watson, Roger : 2002 ).
Demensia
adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan atau memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
sehari-hari ( Darmojo : 2004 )
Demensia
adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan daya ingat dan daya
fakir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran ( Widjaja kusuma : 1997 ).
B. Etiologi
1. Penyakit alzheimer
Yang paling sering penyebab demensia
adalah penyakit alzheimer. Penyebab penyakit alzheimer tidak diketahui, tetapi
diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini ditemukan pada beberapa
keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu.
Ada penyakit alzhaemer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga
terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang
menyalurkan sinyal kedalam otak. Didalam otak ditemukan jaringan abnormal (
disebut flek senilis serabut syaraf yang semeraut ) dan protein abnormal, yang
bisa terlihat saat otopsi.
2. Serangan struk berturut-turut
Struk tunggal ukurannya kecil dan
menyebabkan kelemahan ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan struk
kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah yang
mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut infark.
Demensia yang berasal dari struk kecil disebut demensia multi infark. Sebagian
besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggiatau kencing manis, yang
keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah diotak.
3. Penyakit PKK
4. Penyakit Parkinson
5. AIDS
6. Penyakit Creutzfeldt-jakop
7. Hidrosefalus
Terjadi jika
cairan yang secara normal mengelilingi otak dan melindungi dari cidera, gagal
diserap sebagaimana mestinya. Hidrosefalus menyebabkan demensia yang tidak
bisa, dimana yang tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi juga
terjadi inkontinensia air kemih dan kelainan berjalan.
8. Penderita cedera kepala berulang
Misalnya : Petinju seringkali
mengalami demensia punglistika ( ensefalopati traumatik progresif kronik ), beberapa
diantaranya juga penderita hidrosefalus
9. Usia lanjut yang menderita depresi dan juga
mengalami pseododemensia
Merasa jarang makan dan tidur dan
sering mengeluh tentang ingatan yang berkurang, sedangkan pada demensia sejati,
penderita sering memungkiri hilangnya ingatan
mereka. ( www.wordpress.com,4 maret 2009 )
C.
Pathway
D.
Patofisiologi
Dikenal
dengan nama demensia tipe Alzheimer adalah suatu keadaan yang meliputi
perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi neuron didaerah tertentu dari
korteks otak. Terjadi kekusutan neuro fiblier dan flak-flak neurit dan
perubahan aktivitas kolinergik di daerah-daerah tertentu diotak. Penyebab tidak
diketahui secara pasti, tetapi beberapa teori menerangkan kemungkinan adanya
faktor kromosom atau genetik, radikal bebas, toksin amibid pengaruh logam
aluminium, akibat infeksi, virus lumbat atau pengaruh lingkungan lain.
2.
Demensia multi infark
Demensia
ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit alzhaemer. Bisa didapat
dengan tersendiri dan bisa bersama
dengan demensia lain. Didapatkan sebagai gejala sisa dari strok kortikal atau
subortikal yang berulang. Oleh karena lesi diotak sering kali tidak terlalu
besar, gejala stroknya berupa defisit neurologik yang tidak jelas terlihat.
Dapatan yang khas adalah bahwa gejala dan tanda menunjukkan penurunan
bertingkat ( stepwise ), dimana setiap episode akut menurunkan keadaan
kognitifnya. Hal ini berbeda dengan dapatan pada penyakit alzhaemer, dimana
gejala dan tanda akan berlangsung progresif.
3. Demensia pada penyakit neurologik
Berbagai penyakit neurologik disertai
dengan gejala demensia. Diantaranya yang tersedia adalah penyakit parkinson,
korea hungingtom dan hidrosepalus bertekanan normal. Gejala mirip demensia
subkortikal, yaitu selain didapatkan demensia juga gejala postur dan langkah
serta depresi
4. Sindroma Amnestik dan pelupa, benigna akibat penuaan
Pada demensia amnestik terdapat
gangguan memori yang disebabkan :
a. Difisiensi tiamin : yang diakibatkan pemakaian
alkohol yang berlebihan
b. Lesi pada struktur otot bagian temporal tengah
akibat trauma atau anoksia
c. Iskemia global translen ( sepintas )
Akibat insufisiensi cerebrovaskular ( www.Meysosi’s
weblog.com,4 maret 2009 )
E. Tanda dan Gejala
1. Demensia degeneratif primer ( alzheimer )
Penyakit alzheimer mempunyai awitan yang
lambat dibandingkan dengan demensia multi-infark. Penyakit ini muncul secara
beransur-ansur, tetapi kemampuan kognitif mengalami kemunduran secara progresif
tanpa berhenti atu meningkat.
Gejala Alzheimer
dibedakan atas tiga fase :
a. Fase I
Ditandai dengan gangguan memori
subyektif, konsentrasi buruk dan gangguan visio-spasial. Lingkungan yang biasa
menjadi asing, sukar menemukan jalan pulang yang biasa dilalui. Penderita
mungkin mengeluh agnosa kanan dan kiri. Bahkan pada fase dini ini rasa tilikan
terganggu.
b. Fase II
Terjadi tanda yang mengarah pada
kerusakan vokal, kortikal, walaupun tidak terlihat pola defisit yang khas.
Gejala neurologis mungkin termasuk tanggapan ekstensor dan beberapa kelemahan
fasial, delusi dan halusinasi mungkin terdapat, walaupun pembicaraan mungkin
masih kelihatan normal.
c. Fase III
Pembicaraan terganggu berat, mungkin
sama sekali hilang. Penderita tampak terus menerus apatik. Banyak penderita
tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang dikenalinya. Penderita juga
sering berbaring ditempat tidur, Inkontinensia urin. Gejala neurologik
menunjukkan gangguan berat dari gerak langkah, tonus otot, sindrom kluver-bucy
( apatis, gangguan penglihatan, gerak mulut tidak terkontrol, amnesia dan
bulema )
2. Demensia mulri-infarks
Dapatan yang khas
bahwa gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat dimana setiap episode
akut menurunkan keadaan kognitifnya.
3. Demensia pada penyakit neurologi
Gejala yag
ditimbulkan sama seperti demensia subkortikal yaitu selain didapatkan demensia
juga gejala postur langkah gait seperti depresi.Pada MH didapatkan pelebaran
vertikel melebihi proporsi dibanding atropi kortikol otak.
4. Sindroma Amnestik dan pelupa benigna akibat
penuaan
a. Gejala utama adalah gangguan memori ( pada kedua
keadaan diatas )
b. Pada demensia terdapat gangguan fungsi kortikel
c. Pada sindroma amnestik terdapat gangguan pada daya
ingat hal yang baru terjadi
d. Pelupa benigna akibat penuaan biasannya terlihat
sebagai gangguan daya ingat yang tidak progresif dan tidak menganggu aktivitas
sehari-hari. Biasanya dikenali oleh keluarga, teman karena sering mengulang
pernyataan yang sama atau lupa dengan kejadian yang baru terjadi. Bila gangguan
daya ingat bertambah progresif ditambah dengan gangguan intelektual yang lain
maka kemungkinan besar diagnosa demensia dapat ditegakkan ( Darmojo, 2004 ).
F.
Perubahan-Perubahan
Fisik Pada Lansia
1.
Sistem persyarafan
a.
Berat otak menurun 10-20 % (
setiap orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap hari )
b.
Cepat menurun hubungan
persyarafan
c.
Lambat dalam respond an waktu
untuk bereaksi, khususnya dengan strees
d.
Mengecilnya syaraf panca indra
e.
Kurang sensitive terhadap
rangsangan
f.
Penurunan kecepatan konduksi
syaraf, cepat bingung, kehilangan orientasi lingkungan, penurunan sirkulasi
serebral ( pingsan, kehilangan keseimbangan )
g.
Meningen menebal, Giri dan
Sulci otak berkurang kedalamannya, degenerasi pigmen subtantia nigra, kekusutan
neorofibriler
Keadaan
ini sesuai dengan terjadinya patologi sindrom Parkinson dan demensia tipe A
atau Zheimer ( www.Meysasi’s
Weblog.com,4 maret 2009 ).
G.
Klasifikasi
Secara garis besar
dikategorikan dalam empat golongan :
- Demensia degeneratif primer 50-60 %
- Demensia Multi Infark 10-20 %
- Demensia
yang reversible atau Sebagian irreversible 20-30 5
- Gangguan lain ( trauma neurology ) 5-10 % ( www. Meysasi’s weblog.com )
H. Penatalaksanaan
1. Optimalkan fungsi dan penderita
a. Obati penyakit yang mendasari
b. Upayakan aktivitas fisik dan mental
c. Persiapkan penderita jika akan pindah tempat
d. Akses keadaan lingkungan bila perlu lakukan
perubahan
e. Hindari pemakaian obat yang memberikan efek
samping
2. Kenali obat
dan komplikasi
Agitasi, inkontinensia, gangguan
perilaku lain, mengembara dan berbagai perilaku merusak
3. Upayakan perumatan berkesinambungan
4. Upayakan infooormasi medis bagi penderita dan
keluarga
a. Berbagai hal tentang penyakitnya
b. Prognosis
c. Kemungkinan gangguan atau kelainan yang terjadi
5. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada
penderita dan keluarganya
6. Terapi
Pertama perlu diperhatikan
keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin dan bantuan pengasuh
perku
d. Tidak diperbolehkan memindahkan mobil
e. Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan
lampu baik, jam dinding besar dan tanggalan besar
f. Diberikan obat Neutropika
1) Pyritinal ( ancepabol ) 1x 100-3x300 mg
2) Piracetam ( nootropil ) 1x100-3x1200 mg
3) Saluzol ( reminyi )
4) Ca antagonis
5) Nimodipine ( imotop ) 1x3x30 mg
6) Atcholine ( nicotin ) 1-2x100-300 mg IV / IM
7) Annanzine ( stugeran )1-3x25 mg
8) Pantoyaffilin ( erantul ) 2-3x400 mg oral, 200-300
mg infus
9) Pantoyl-GABA
2. Acethylcholineteruse inhibitor
1) Tecine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg.
Hepatotoxit
2) Donepezil ( aricep )centrally active reversible
cholinesterase inhibitor 5 mg-10 mg
3) Galantomine ( reminil )1-3x5 mg
4) Revastigmin ( axelon )1,5,3,4,5,6 mg
5) Memontine 2x5 mg-10 mg
3. Terapi farmakologi
1) Antipsikotika – tipik :Haldol 0,25-0,5 atau 1-2 mg
2) Antipsikotika atipik
a) Clozoril 1x12,5-25 mg
b) respiridone 0,25-0,5 mg atau 0,75-1,75 mg
c) Olozopine 2,5-5,0 mg atau 5-10 mg
d) Quetiapine 100-200 mg atau 400-600 mg
e) Ability 1x10-15 mg
4. Axiolitika
1) Olobozam 1x10 mg
2) Larozepam 0,5 – 1,0 mg atau 1,5-2 mg
3) Bromazepam 1,5-6 mg
4) Buspirone HCl 10-30 mg
5) Trozodone 2,5-10 mg atau 50-100 mg
6) Rivotril 2 mg ( 1x0,5-2 mg )
5. Antidepresive
1) Amitriptyne 25-50 mg
2) Tofronol 25-30 mg
3) Asedin 1x25-3x100 mg ( hati-hati cukup keras )
4) SSRI seperti zoloft ix50 mg, seroxat 1x20 mg,
luvox 1x50-100 mg, citalopram 1x10-20 mg, ciprolex, efexor-xr 1x75 mg,
chymbalta 1x60 mg.
5) Mirtazopine ( remeron ) 7,5 mg-30 mg ( hati-hati )
6. Mood stabilizers
1) Carbamazepine 100-200 mg atau 400-600 mg
2) Oilvalproex 125-250 mg atau 500-750 mg
3) Topamarte 1x50 mg
4) Trileptal 1x300 mg atau 2x50 mg
5) Neurontin 1x100-3x300 mg bisa naik hingga 1800 mg
6) Lamiktal 1x50 mg 2x50 mg
7) Priadel 2-3x400 mg ( widjaj, 1997 )
Pencegahan :
·
Hindari rasa stres, cemas, dan
depresi.
·
Hindari polusi. Udara yang
polusi dapat mengakibatkan berkurangnya oksigen yang terserap ke otak, sehingga
otak tidak dapat berkembang dengan optimal.
·
Makanlah makanan yang bergizi.
·
Berolahraga secara teratur
untuk menjaga keseimbangan otak dan memaksimalkannya.
·
Senam Otak
Seringkali kita menggunakan organ tubuh sebelah kanan.
Penggunaan organ tubuh sebelah kanan dalam waktu yang terus menerus, dapat
menyebabkan otak kiri terbebani. Hal ini terjadi, karena sistem kerja otak dan
tubuh kita menyilang. Kondisi yang demikian menyebabkan otak kanan dan otak
kiri menjadi timpang, tidak seimbang.
Menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri sangat penting.
Otak kanan biasanya berisi hal-hal yang bersifat emosional, seni, dan
berperasaan. Sedangkan otak kiri lebih bersifat rasional dan abstrak. Umumnya,
otak sebelah kanan banyak digunakan oleh wanita, dan otak kiri lebih banyak digunakan
untuk pria. Senam otak dapat membantu memaksimalkan kerja otak kanan dan otak
kiri. Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang
dirangkai dan dipadukan, sehingga dapat membantu memaksimalkan fungsi otak.
Senam otak akan memfasilitasi agar beban otak kanan dan otak kiri sama dan
seimbang.
Senam otak tidak hanya untuk mereka yang berusia lanjut.
Senam otak juga baik dilakukan oleh ibu-ibu hamil, karena dapat membantu
meredakan ketegangan, menyiapkan otot-otot, atau berefek relaksasi saat
persalinan. Senam otak juga penting dilakukan bayi, anak yang berusia di bawah
3 tahun, atau usia pra sekolah. Mereka yang sering merasa was-was dan stres
juga sangat baik melakukan senam ini.
Senam otak dapat membuat orang yang melakukannya :
·
Terhindar dari rasa stres
·
Merasa lebih awet muda
·
Dapat menyikapi permasalahan
dengan lebih tenang
·
Bugar, sehat, dan fit
·
Menunda kedatangan menopause
·
Sebagai sarana untuk mencegah
dan memudahkan penyembuhan terhadap penyakit
Senam otak sangat mudah dilakukan dan sederhana. Gerakan
senam otak ini haruslah dilakukan secara berurutan. Awali dengan minum air
putih secukupnya, untuk membantu memberikan energi langsung ke otak, membantu
pencernaan, dan metabolisme tubuh. Anda dapat melakukannya hanya dengan
menghabiskan waktu sekitar 7 menit setiap berlatih. Urutan gerakannya antara
lain seperti :
·
Minum air putih secukupnya.
·
Lakukan pernafasan perut
(menghirup lalu mengeluarkannya kembali sebanyak 4 hingga 8 kali).
·
Melihat ke kanan dan ke kiri
selama 4 hingga 8 kali dengan melakukan pernafasan perut.
·
Santai selama 4 hingga 8 kali
pernafasan perut.
·
Letakkan kaki rata di atas
lantai. Ujung-ujung jari tangan dan kaki saling bersentuhan selama 4 hingga 8
kali pernafasan perut.
·
Rentangkan kedua tangan Anda
seluas mungkin dan senyaman mungkin. Gerakan ini dilakukan untuk memadukan
otak. Sementara itu bayangkan otak kiri dan otak kanan menjadi satu, dengan
menyatukan kedua tangan selama 4 hingga 8 kali pernafasan perut.
·
Sentuh titik-titik di bagian
kepala bagian kiri dan kanan selama 4 hingga 8 kali pernafasan perut.
·
Silangkan kaki secara
bergantian sebanyak 10 hingga 25 kali.
I. Prognosis
Perkembangan demensia pada setiap orang
berbeda. Demensia karena AIDS dimulai secara samar tapi berkembang terus selama
beberapa bulan atau tahun. Sedangkan demensia karna penyakit
ceutzfelakt-jakob biasanya menyebabkan
demensia hebat dan sering sekali terjadi kematian dalam waktu dan tahun.
Pada sebagian demensia stadium lanjut,
terjadi penuaan fungsi otak yang hampir menyeluruh. Penderita menjadi lebih
menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan dirinya, suasana hati sering
berubah-ubah, dan senang berjalan-jalan dan berkelana. Pada akhirnya penderita
tidak mampu mengikuti percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara . (www.wordpress.com,10 maret 2009 ).
J. Diagnosa
Diagnosa demensia ditegakkan
berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan usia penderita, riwayat
keluarga, awal dariperkembangan gejala serta adanya penyakit lain misalnya :
tekanan darah tinggi atau kencing manis
Dilakukan pemeriksaan kimia darah
standar. Pemeriksaan CT-scan dan MRI dimaksutkan untuk menentukan adanya tumor,
hidrosefalus atau strok. Jika pada seorang lanjut usia terjadi penurunan
ingatan yang terjadi secara bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit
alzaemer . Diagnosa penyakit alzhaemer terbukti hanya jika dilakukan otopsi
otak yang menunjukkan banyaknya sel syaraf yang menghilang, sel yang tersisa
tampak semerawut dan seluruh jaringan otak terdapat flak yang terdiri dari
amiloid (sejenis protein abnormal ). Metode diagnosis yang digunakan untuk
mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan fungsi lumbal dan PET (Position
Emission Themography) yang merupakan pemeriksaan sekeming otak khusus ( www.wordpress.com,10
maret 2009 )
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian menggunakan tehnik mengobservasi
perilaku pasien dan wawancara langsung pada pasien dan keluarganya. Observasi
keluarga dilakukan terutama untuk mengkaji data objektif demensia. Ketika
mengobservasi perilaku pasien untuk fakta tanda seperti kurang konsentrasi, tremor,
kurang koordinasi gerak, aktifitas terbatas.
b. Aspek psikologi
Hal yang perlu dikaji oleh
perawat
1)
Apakah pasien
mengalami kebingungan
2)
Cemas
c. Klien masih mampu melakukan aktifitas sehari-hari
tidak.
1)
Adakah
kelemahan
2)
Adakah delusi
atau halusinasi
3)
Adanya
bulimia atau tidak
4)
Adakah
inkontinensia urin
5)
Bagaimana
kemampuan kognitifnya
6)
Tidak bisa
mengingat yang baru terjadi
7)
Kebutuhan
sehari-hari ( ADL ) Perlu larutan tidak
RENCANA
KEPERAWATAN
No
|
Jam Hari Tgl
|
Dx
Keperawatan
|
Perrencanaan
|
||
Tujuan
dan Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1.
|
Perubahan
proses berfikir b.d kehilangan memori, Degenerasi neuron irreversible
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tidak ada
perubahan dalam proses berfikir dengan criteria hasil :
|
1.
Kaji derajat gangguan
kognitif, orientasi orang, temapat dan waktu.
2.
Mempertahankan lingkungan
yang menyenangkan dan tenang.
3.
Tatap wajah ketika
bercakap-cakap dengan klien
4.
Panggil pasien dengan
mengguanakan namanya
5.
Gunakan suara yang agak
rendah dan berbicara dengan perlahan dengan klien
6.
Gunakan hal-hal yang humoris
saat berinteraksi dengan pasien
7.
Ijinkan klien untuk
mengumpulkan beda-benda yang aman
8.
Evaluasi pola dan kecukupan
tidur atau istirahat
|
1.
Memberikan dasar untuk
evaluasi atau perbandingan yang akan dating dan yang mempengaruhi pada
intervensi
2.
Kebisingan, keramaian, orang
banyak biasanya merupakan sensori yang berlebih yang meningkatkan gangguan
neuron
3.
Menimbulkan perhatian,
terutama pada orang-orang yang mengalami gangguan konseptual
4.
Menimbulkan pengenalan
terhadap realitas terhadap individu
5.
Meningkatkan kemungkinan
pemahaman, ucapan yang tinggi atau keras menimbulkan marah atau stress
6.
Tertawa dapat membantu dalam
kounikasi dan membantu dalam mengatur kestabilan emosi
7.
Memelihara keamanan dan
membuat keseimbangan kehilangan yang sudah pasti
8.
Kekurangan tidur dapat
mengganggu proses tidur dan kemampuan koping pasien
|
|
2.
|
Perubahan
persepsi sensori b.d Perubahan persepsi, transmisi dan integritas sensori (
deficit neurologist )
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jsm, diharapkan tidak ada
perubahan sensori dan criteria hasil sbb :
1.
Klien mampu mengidentifikasi
dan mengontrol factor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perubahan
dalam kemampuan persepsi sensori
|
2.
Kaji derajat sensori atau
gangguan persepsi
3.
Mempertahankan hubungan
orientasi, realita dan lingkungan
4.
Berikan lingkungan yang
tenang dan tidak kacau
5.
Berikan sentuhan dalam cara
perhatian
6.
Berikan perhatian dalam
kenangan indah secara berkala ( musik, foto yang menyenagkan, cerita )
7.
Ajak piknik sederhana,
jalan-jalan keliling rumah sakit dan sekitarnya
|
1.
Keterlibatan potak biasanya
global, mungkin memperlihatkan masalah yang bersifat asimetrik yang dapat
menyebabkan klien kehilanagan kemampuan pada salah satu fungsi tubuhnya
2.
Menurunkan kekacauan mental
daan meningkatkan koping terhadap frustasi karena kesalahan persepsi dan
disorientasi
3.
Membantu untuk menghindari
masukan sensori penglihatan atau
pendengaran yang berlebih
4.
Dapat meningkatkan persepsi
terhadap diri sendiri
5.
Menstimulasi ingatan,
membangkitkan memori,membantu penngungkapan diri melalui peristiwa masa lalu
6.
Piknik menunjukkan realita
dan memberikan stimulasi sensori yang menyenagkan
|
|
3.
|
Kurang
perawatan diri b.d penurunan kognitif
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jsm, diharapkan pasien terpenuhi
keperawatan diri dengan criteria hasil sbb :
|
1.
Identifikasi kesulitan dalam
berpakaian atau perawatan diri
2.
Identifikasi kebutuhan akan
kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan
3.
Lakukan pengawasan namun
berikan kesempatan untuk mellakukan sendiri sebanyak mungkin sesuai kemampuan
4.
Berikan banyak waktu untuk
melakukan tugas
5.
Bantu pasien mengenakan
pakaian yang rapi
|
1.
Memahami penyebab yang
mempengaruhi intervensi
2.
Sesuai dengan perkembangan
penyakit kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan
3.
Mudah sekali menjadi prustasi
jika kehilangan kemandirian
4.
Pekerjaan yang terjadi mudah
(berpakaian) sekarang menjadi terhambat karena adanya penurunan keterampilan
motorik dan perubahan kognitif dan perubahan fisik
5.
Peningkatan kepercayaan,
dapat menurunkan perasaan kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup
|
L. Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN NY. A
DENGAN DEMENSIA
Kasus :
Ny. A (80 Tahun) tinggal bersama suaminya (86 tahun) dirumah yang
terpisah dengan anak-anak mereka. 2 tahun yang lalu Ny. A di diagnosa terkena
demensia. Namun Ny. A masih mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari sampai
tahun lalu. Saat ini Ny. A tidak mau merawat diri dan sering lupa untuk makan.
Ny. A sering bangun pada malam hari untuk ke kamar mandi. Saat bangun
kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar. Tn. A merasa
khawatir Ny. A akan tersesat di luar rumah. Selain itu Ny. A juga sering salah
dan lupa meletakkan barang-barang. Pada saat pengkajian, penampilan Ny. A
terlihat kusut.
Data :
a.
DS : - Ny. A tidak mau merawat diri
- Ny. A sering lupa untuk makan
- Ny. A sering bangun pada malam hari untuk ke
kamar mandi
- Ny. A sering salah dan lupa meletakkan
barang-barang
- Saat bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah
dan tidak kembali ke kamar
b.
Do : - Penampilan Ny. A terlihat kusut.
ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. A
No. RM :
Hari/Tgl/Jam
|
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
Ttd
|
DS
: - Ny. A sering lupa untuk makan.
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Tidak mampu dalam memasukkan makanan karena faktor psikologi.
|
||
DS : - Ny. A sering lupa untuk makan
- Ny.
A sering salah dan lupa meletakkan barang-barang.
- Ny.
A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar.
|
Gangguan proses berfikir
|
Kehilangan memori degenerasi neuron ireversible.
|
||
DS : - Ny. A sering bangun pada malam hari dan ke
kamar mandi.
- Saat
bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar .
|
Gangguan pola tidur
|
Penuaan berhubungan dengan perubahan pola tidur.
|
||
DS : - Ny. A tidak mau merawat diri.
DO: - Penampilan
Ny. A terlihat kusut.
|
Kurang perawatan diri mandi/ higiene
|
RENCANA KEPERAWATAN
No
|
Jam
Hari/Tgl
|
Dx. Keperawatan
|
Intervensi
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1.
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan makanan karena faktor
psikologi.
DS : Ny. A
sering lupa untuk makan
DO : -
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan kriteria hasil
sebagai berikut:
· Pasien mengalami kenaikan BB 0,9 kg setiap minggu sampai 3 minggu.
· Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
· Peningkatan energi dan dalam berpartisipasi pada aktivitas.
|
1.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
2.
Pastikan dietnya meliputi
makanan yang mengan-dung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi.
3.
Buat dokumentasi yang tepat
tentang masukan, keluaran, dan jumlah kalori.
4.
Timbang BB tiap hari.
5.
Temani pasien selama makan.
6.
Berikan suplemen vitamin dan
mineral dan pelunak feses sesuai pesan dokter.
|
||
2.
|
Gangguan proses berfikir ber-hubungan dengan kehilangan memori degenerasi neuron
ireversible.
DS : - Ny. A sering lupa makan
- Ny.
A sering salah dan lupa meletakkan barang-barang.
- Ny.
A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar .
DO : -
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak ada perubah-an dalam proses berfikir dengan kriteria hasil
sebagai berikut:
· Klien mampu mengenali perubahan dalam proses berfikir/tingkah laku
dan faktor-faktor penyebab jika memungkinkan.
· Klien mampu memperlihat-kanpenurunan tingkah laku yang tidak
diinginkan, ancaman dan kebingungan
|
1.
Kaji derajat gangguan
kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu.
2.
Pertahankan lingkungan yang
menyenangkan dan tenang.
3.
Tatap wajah ketika
ber-cakap-cakap denganklien.
4.
Panggil pasien dengan
namanya.
5.
Gunakan suara yang agak
rendah dan berbicara dengan perlahan dengan pasien.
6.
Gunakan hal-hal yang humoris
saat berinteraksi dengan pasien.
7.
Ijinkan untuk mengumpul-kan
benda-benda yang aman.
8.
Evaluasi pola dan keca-kapan
tidur/istirahat
|
||
3.
|
Gangguan pola tidur berhubungan dengan penuaan
berhubungan dengan perubahan pola tidur.
DS : - Ny. A sering bangun pada malam hari untuk ke
kamar mandi.
- Saat
bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar.
DO: -
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien dapat melakukan istirahat tidur berkualitas dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
· Pasien dapat tidur 4-6 jam
· Pasien mampu jatuh tidur 30 menit, dan mendapatkan 6-8 jam tidur
yang nyenyak setiap malam tanpa obat tidur.
|
1.
Catat secara ketat pola tidur
pasien.
2.
Mengurangi tidur seharian
untuk mendukung tidur yang lebih tenang pada malam hari.
3.
Berikan obat-obatan anti
depressan sebelum tidur.
4.
Bantu dengan tindakan-tindakan
yang dapat mendukung tidur, seperti kehangatan, dll.
5.
Melakukan latihan relak-sasi.
6.
Batasi masukan minuman yang
mengandung kafein.
|
||
4.
|
Kurang perawatan diri mandi/ hygiene berhubungan
dengan kerusakan kognitif
DS : Ny A tidak mau merawat diri
DO: Penampilan Ny. A terlihat kusut
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien dapat melakukan perawatan diri dengan kriteria sebagai
berikut:
· Klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan diri.
· Klien mampu mengidentifi-kasikan dan menggunakan sumber-sumber
pribadi/ komunitas yang dapat memberikan bantuan.
|
1.
Identifikasi kesulitan da-lam
berpakaian/ perawatan diri.
2.
Identifikasi kebutuhan akan
kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
3.
Lakukan pengawasan na-mun
berikan kesempatan untuk melakukan sendiri sebanyak mungkin sesuai kemampuan.
4.
Berikan banyak waktu untuk
melakukan tugas.
5.
Bantu untuk mengenakan
pakaian dengan rapi
|
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Demensia
adalah suatu sindroma yang disebabkan oleh sindroma dengan adanya kehilangan
kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga kognitif,
bahasa, kemampuan visual dan kepribadian. Kelima komponen tersebut harus
terganggu semuanya, namun sebagian besar kasus, kelima komponen ini memang
terganggu dalam kondisi yang bervariasi.
Pada demensia
terjadi perubahan-perubahan fisik umumnya pada sistem persyarafan. Sehingga
demensia diklasifikasikan kedalam beberapa golongan diantaranya :
- Demensia degeneratif primer
- Demensia Multi Infark
- Demensia yang reversible atau Sebagian irreversible
- Gangguan lain ( trauma neurology )
Setiap golongan mempunyai patofisiologi, etiologi, tanda
dan gejala yang berbeda-beda, selain itu juga pada penatalaksanaan dilakukan
dengan duacara yaitu melalui tindakan dan terapi.
Demensia memiliki diagnosa antara lain :
- Perubahan proses berfikir b.d kehilangan memori, degenerasi neuron irreversible
- Perubahan persepsi sensori b.d Perubahan persepsi sensori
- Kurang perawatan diri
B. Saran
Demensia tidak dialami oleh semua
lansia, sehingga untuk menghindarinya kita perlu melakukan hal-hal yang tidak
menyebabkan demensia yang harus kita mulai dari sekarang. Sehingga kita kelak
akan terhindar dari Demensia. Tujuan hidup kita tidak sia-sia, karena salah
satunya hidup pada lansia tentram dan sejahtera secara holistic.
Sedangkan kita sebagai perawat dalam merawat lansia
harus membedakan perawatan kita kepada umur-umur yang lain karena telah kita
sadari bahwa lansia itu seperti kembali lagi kemasa bayi karena fungsi-fungsi
organyya berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Parmojo.Boedhi. 2004.Geriarti-Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut,Ed : 3. Jakarta : FKUI
Doengus, Marylinn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Watson, Roger.2003 Perawatan pada lansia. Jakarta
: EGC
Kusuma, Widjaja. 1997. Kedaruratan Psikiatrik Dalam
Praktik. Jakarta :
professional.
Mesasi:dimensia pada lanjut usia.
diakses
tgl 4 maret 2009
Cahyo:Lansia
Demensia.
diakses
tgl 10 maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar