Rabu, 06 Juni 2012


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
          Masalah demensia sering sekali terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab.
            Demensia sendiri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir tanpa adnya penurunan fungsi kesadaran. Demensia atau kepikunan sering sekali dianggap wajar terjadi pada lanjut usia karena merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga, masyarakat maupun pihak tenaga kesehatan mengenai tanda dan gejala demensia. Dampak penyebab Demensia tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, masalah demensia ini sering dijumpai. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini penting dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi lebih awal dan ditangani sedini mungkin. ( www.Meysasi’s weblog.com,4 maret 2009 )

  1. Tujuan
     Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
  1. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan demensia
  2. Mengetahui asuhan keperawatan tentang demensia






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Definisi
      Demensia adalah suatu sindrom yang dikarakteristikkan dengan danya kehilangan kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga kignitif, bahasa, kemampuan fisual dan kepribadian. Kelima komponen tersebut tidak harus terganggu seluruhnya, namun pada sebagian besar kasus, kelima komponen ini terganggu dalam derajat yang bervariasi ( Galla, Joseph : 1998 ).
      Demensia dalah kondisi kanvusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik ( Watson, Roger : 2002 ).
      Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan atau memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi sehari-hari ( Darmojo : 2004 )
      Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan daya ingat dan daya fakir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran ( Widjaja kusuma : 1997 ).

B.     Etiologi
1.      Penyakit alzheimer
       Yang paling sering penyebab demensia adalah penyakit alzheimer. Penyebab penyakit alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini ditemukan pada beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Ada penyakit alzhaemer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal kedalam otak. Didalam otak ditemukan jaringan abnormal ( disebut flek senilis serabut syaraf yang semeraut ) dan protein abnormal, yang bisa terlihat saat otopsi.

2.      Serangan struk berturut-turut
      Struk tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan struk kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut infark. Demensia yang berasal dari struk kecil disebut demensia multi infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggiatau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah diotak.
3.      Penyakit PKK
4.      Penyakit Parkinson
5.      AIDS
6.      Penyakit Creutzfeldt-jakop
7.      Hidrosefalus
                    Terjadi jika cairan yang secara normal mengelilingi otak dan melindungi dari cidera, gagal diserap sebagaimana mestinya. Hidrosefalus menyebabkan demensia yang tidak bisa, dimana yang tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi juga terjadi inkontinensia air kemih dan kelainan berjalan.
8.      Penderita cedera kepala berulang
            Misalnya : Petinju seringkali mengalami demensia punglistika ( ensefalopati traumatik progresif kronik ), beberapa diantaranya juga penderita hidrosefalus
9.      Usia lanjut yang menderita depresi dan juga mengalami pseododemensia
            Merasa jarang makan dan tidur dan sering mengeluh tentang ingatan yang berkurang, sedangkan pada demensia sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan  mereka. ( www.wordpress.com,4 maret 2009 )
C.    Pathway




D.    Patofisiologi
            Dikenal dengan nama demensia tipe Alzheimer adalah suatu keadaan yang meliputi perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi neuron didaerah tertentu dari korteks otak. Terjadi kekusutan neuro fiblier dan flak-flak neurit dan perubahan aktivitas kolinergik di daerah-daerah tertentu diotak. Penyebab tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa teori menerangkan kemungkinan adanya faktor kromosom atau genetik, radikal bebas, toksin amibid pengaruh logam aluminium, akibat infeksi, virus lumbat atau pengaruh lingkungan lain.
2.      Demensia multi infark
      Demensia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit alzhaemer. Bisa didapat dengan tersendiri dan bisa bersama dengan demensia lain. Didapatkan sebagai gejala sisa dari strok kortikal atau subortikal yang berulang. Oleh karena lesi diotak sering kali tidak terlalu besar, gejala stroknya berupa defisit neurologik yang tidak jelas terlihat. Dapatan yang khas adalah bahwa gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat ( stepwise ), dimana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya. Hal ini berbeda dengan dapatan pada penyakit alzhaemer, dimana gejala dan tanda akan berlangsung progresif.
3.      Demensia pada penyakit neurologik
      Berbagai penyakit neurologik disertai dengan gejala demensia. Diantaranya yang tersedia adalah penyakit parkinson, korea hungingtom dan hidrosepalus bertekanan normal. Gejala mirip demensia subkortikal, yaitu selain didapatkan demensia juga gejala postur dan langkah serta depresi
4.      Sindroma Amnestik dan pelupa, benigna akibat penuaan
            Pada demensia amnestik terdapat gangguan memori yang disebabkan :
a.       Difisiensi tiamin : yang diakibatkan pemakaian alkohol yang berlebihan
b.      Lesi pada struktur otot bagian temporal tengah akibat trauma atau anoksia
c.       Iskemia global translen ( sepintas )
Akibat insufisiensi cerebrovaskular ( www.Meysosi’s weblog.com,4 maret 2009 )

E.     Tanda dan Gejala
1.      Demensia degeneratif primer ( alzheimer )
      Penyakit alzheimer mempunyai awitan yang lambat dibandingkan dengan demensia multi-infark. Penyakit ini muncul secara beransur-ansur, tetapi kemampuan kognitif mengalami kemunduran secara progresif tanpa berhenti atu meningkat.
Gejala Alzheimer dibedakan atas tiga fase :
a.       Fase I
             Ditandai dengan gangguan memori subyektif, konsentrasi buruk dan gangguan visio-spasial. Lingkungan yang biasa menjadi asing, sukar menemukan jalan pulang yang biasa dilalui. Penderita mungkin mengeluh agnosa kanan dan kiri. Bahkan pada fase dini ini rasa tilikan terganggu.
b.      Fase II
            Terjadi tanda yang mengarah pada kerusakan vokal, kortikal, walaupun tidak terlihat pola defisit yang khas. Gejala neurologis mungkin termasuk tanggapan ekstensor dan beberapa kelemahan fasial, delusi dan halusinasi mungkin terdapat, walaupun pembicaraan mungkin masih kelihatan normal.
c.       Fase III
             Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang. Penderita tampak terus menerus apatik. Banyak penderita tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang dikenalinya. Penderita juga sering berbaring ditempat tidur, Inkontinensia urin. Gejala neurologik menunjukkan gangguan berat dari gerak langkah, tonus otot, sindrom kluver-bucy ( apatis, gangguan penglihatan, gerak mulut tidak terkontrol, amnesia dan bulema )
2.      Demensia mulri-infarks
                  Dapatan yang khas bahwa gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat dimana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya.
3.      Demensia pada penyakit neurologi
                  Gejala yag ditimbulkan sama seperti demensia subkortikal yaitu selain didapatkan demensia juga gejala postur langkah gait seperti depresi.Pada MH didapatkan pelebaran vertikel melebihi proporsi dibanding atropi kortikol otak.
4.      Sindroma Amnestik dan pelupa benigna akibat penuaan
a.       Gejala utama adalah gangguan memori ( pada kedua keadaan diatas )
b.      Pada demensia terdapat gangguan fungsi kortikel
c.       Pada sindroma amnestik terdapat gangguan pada daya ingat hal yang baru terjadi
d.      Pelupa benigna akibat penuaan biasannya terlihat sebagai gangguan daya ingat yang tidak progresif dan tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Biasanya dikenali oleh keluarga, teman karena sering mengulang pernyataan yang sama atau lupa dengan kejadian yang baru terjadi. Bila gangguan daya ingat bertambah progresif ditambah dengan gangguan intelektual yang lain maka kemungkinan besar diagnosa demensia dapat ditegakkan ( Darmojo, 2004 ).

F.     Perubahan-Perubahan Fisik Pada Lansia
1.      Sistem persyarafan
a.       Berat otak menurun 10-20 % ( setiap orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap hari )
b.      Cepat menurun hubungan persyarafan
c.       Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan strees
d.      Mengecilnya syaraf panca indra
e.       Kurang sensitive terhadap rangsangan
f.       Penurunan kecepatan konduksi syaraf, cepat bingung, kehilangan orientasi lingkungan, penurunan sirkulasi serebral ( pingsan, kehilangan keseimbangan )
g.      Meningen menebal, Giri dan Sulci otak berkurang kedalamannya, degenerasi pigmen subtantia nigra, kekusutan neorofibriler
                  Keadaan ini sesuai dengan terjadinya patologi sindrom Parkinson dan demensia tipe A atau Zheimer ( www.Meysasi’s Weblog.com,4 maret 2009 ).

G.    Klasifikasi
Secara garis besar dikategorikan dalam empat golongan :
  1. Demensia degeneratif primer 50-60 %
  2. Demensia Multi Infark 10-20 %
  3. Demensia yang reversible atau Sebagian irreversible 20-30 5
  4. Gangguan lain ( trauma neurology ) 5-10 %  ( www. Meysasi’s weblog.com )
H.    Penatalaksanaan
1.      Optimalkan fungsi dan penderita
a.       Obati penyakit yang mendasari
b.      Upayakan aktivitas fisik dan mental
c.       Persiapkan penderita jika akan pindah tempat
d.      Akses keadaan lingkungan bila perlu lakukan perubahan
e.       Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping
2.       Kenali obat dan komplikasi
            Agitasi, inkontinensia, gangguan perilaku lain, mengembara dan berbagai perilaku merusak
3.      Upayakan perumatan berkesinambungan
4.      Upayakan infooormasi medis bagi penderita dan keluarga
a.       Berbagai hal tentang penyakitnya
b.      Prognosis
c.       Kemungkinan gangguan atau kelainan yang terjadi
5.      Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada penderita dan keluarganya
6.      Terapi
      Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin dan bantuan pengasuh perku
d.      Tidak diperbolehkan memindahkan mobil
e.       Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan lampu baik, jam dinding besar dan tanggalan besar
f.       Diberikan obat Neutropika
1)      Pyritinal ( ancepabol ) 1x 100-3x300 mg
2)      Piracetam ( nootropil ) 1x100-3x1200 mg
3)      Saluzol ( reminyi )
4)      Ca antagonis
5)      Nimodipine ( imotop ) 1x3x30 mg
6)      Atcholine ( nicotin ) 1-2x100-300 mg IV / IM
7)      Annanzine ( stugeran )1-3x25 mg
8)      Pantoyaffilin ( erantul ) 2-3x400 mg oral, 200-300 mg infus
9)      Pantoyl-GABA
2.      Acethylcholineteruse inhibitor
1)      Tecine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg. Hepatotoxit
2)      Donepezil ( aricep )centrally active reversible cholinesterase inhibitor 5 mg-10 mg
3)      Galantomine ( reminil )1-3x5 mg
4)      Revastigmin ( axelon )1,5,3,4,5,6 mg
5)      Memontine 2x5 mg-10 mg
3.      Terapi farmakologi
1)      Antipsikotika – tipik :Haldol 0,25-0,5 atau 1-2 mg
2)      Antipsikotika atipik
a)      Clozoril 1x12,5-25 mg
b)      respiridone 0,25-0,5 mg atau 0,75-1,75 mg
c)      Olozopine 2,5-5,0 mg atau 5-10 mg
d)     Quetiapine 100-200 mg atau 400-600 mg
e)      Ability 1x10-15 mg
4.      Axiolitika
1)      Olobozam 1x10 mg
2)      Larozepam 0,5 – 1,0 mg atau 1,5-2 mg
3)      Bromazepam 1,5-6 mg
4)      Buspirone HCl 10-30 mg
5)      Trozodone 2,5-10 mg atau 50-100 mg
6)      Rivotril 2 mg ( 1x0,5-2 mg )
5.      Antidepresive
1)      Amitriptyne 25-50 mg
2)      Tofronol 25-30 mg
3)      Asedin 1x25-3x100 mg ( hati-hati cukup keras )
4)      SSRI seperti zoloft ix50 mg, seroxat 1x20 mg, luvox 1x50-100 mg, citalopram 1x10-20 mg, ciprolex, efexor-xr 1x75 mg, chymbalta 1x60 mg.
5)      Mirtazopine ( remeron ) 7,5 mg-30 mg ( hati-hati )
6.      Mood stabilizers
1)      Carbamazepine 100-200 mg atau 400-600 mg
2)      Oilvalproex 125-250 mg atau 500-750 mg
3)      Topamarte 1x50 mg
4)      Trileptal 1x300 mg atau 2x50 mg
5)      Neurontin 1x100-3x300 mg bisa naik hingga 1800 mg
6)      Lamiktal 1x50 mg 2x50 mg
7)      Priadel 2-3x400 mg ( widjaj, 1997 )




Pencegahan :
·       Hindari rasa stres, cemas, dan depresi.
·       Hindari polusi. Udara yang polusi dapat mengakibatkan berkurangnya oksigen yang terserap ke otak, sehingga otak tidak dapat berkembang dengan optimal.
·       Makanlah makanan yang bergizi.
·       Berolahraga secara teratur untuk menjaga keseimbangan otak dan memaksimalkannya.
·       Senam Otak
Seringkali kita menggunakan organ tubuh sebelah kanan. Penggunaan organ tubuh sebelah kanan dalam waktu yang terus menerus, dapat menyebabkan otak kiri terbebani. Hal ini terjadi, karena sistem kerja otak dan tubuh kita menyilang. Kondisi yang demikian menyebabkan otak kanan dan otak kiri menjadi timpang, tidak seimbang.

Menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri sangat penting. Otak kanan biasanya berisi hal-hal yang bersifat emosional, seni, dan berperasaan. Sedangkan otak kiri lebih bersifat rasional dan abstrak. Umumnya, otak sebelah kanan banyak digunakan oleh wanita, dan otak kiri lebih banyak digunakan untuk pria. Senam otak dapat membantu memaksimalkan kerja otak kanan dan otak kiri. Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang dirangkai dan dipadukan, sehingga dapat membantu memaksimalkan fungsi otak. Senam otak akan memfasilitasi agar beban otak kanan dan otak kiri sama dan seimbang.

Senam otak tidak hanya untuk mereka yang berusia lanjut. Senam otak juga baik dilakukan oleh ibu-ibu hamil, karena dapat membantu meredakan ketegangan, menyiapkan otot-otot, atau berefek relaksasi saat persalinan. Senam otak juga penting dilakukan bayi, anak yang berusia di bawah 3 tahun, atau usia pra sekolah. Mereka yang sering merasa was-was dan stres juga sangat baik melakukan senam ini.
Senam otak dapat membuat orang yang melakukannya :
·       Terhindar dari rasa stres
·       Merasa lebih awet muda
·       Dapat menyikapi permasalahan dengan lebih tenang
·       Bugar, sehat, dan fit
·       Menunda kedatangan menopause
·       Sebagai sarana untuk mencegah dan memudahkan penyembuhan terhadap penyakit
Senam otak sangat mudah dilakukan dan sederhana. Gerakan senam otak ini haruslah dilakukan secara berurutan. Awali dengan minum air putih secukupnya, untuk membantu memberikan energi langsung ke otak, membantu pencernaan, dan metabolisme tubuh. Anda dapat melakukannya hanya dengan menghabiskan waktu sekitar 7 menit setiap berlatih. Urutan gerakannya antara lain seperti :
·       Minum air putih secukupnya.
·       Lakukan pernafasan perut (menghirup lalu mengeluarkannya kembali sebanyak 4 hingga 8 kali).
·       Melihat ke kanan dan ke kiri selama 4 hingga 8 kali dengan melakukan pernafasan perut.
·       Santai selama 4 hingga 8 kali pernafasan perut.
·       Letakkan kaki rata di atas lantai. Ujung-ujung jari tangan dan kaki saling bersentuhan selama 4 hingga 8 kali pernafasan perut.
·       Rentangkan kedua tangan Anda seluas mungkin dan senyaman mungkin. Gerakan ini dilakukan untuk memadukan otak. Sementara itu bayangkan otak kiri dan otak kanan menjadi satu, dengan menyatukan kedua tangan selama 4 hingga 8 kali pernafasan perut.
·       Sentuh titik-titik di bagian kepala bagian kiri dan kanan selama 4 hingga 8 kali pernafasan perut.
·       Silangkan kaki secara bergantian sebanyak 10 hingga 25 kali.


I.       Prognosis
              Perkembangan demensia pada setiap orang berbeda. Demensia karena AIDS dimulai secara samar tapi berkembang terus selama beberapa bulan atau tahun. Sedangkan demensia karna penyakit ceutzfelakt-jakob  biasanya menyebabkan demensia hebat dan sering sekali terjadi kematian dalam waktu dan tahun.
              Pada sebagian demensia stadium lanjut, terjadi penuaan fungsi otak yang hampir menyeluruh. Penderita menjadi lebih menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan dirinya, suasana hati sering berubah-ubah, dan senang berjalan-jalan dan berkelana. Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara . (www.wordpress.com,10 maret 2009 ).

J.      Diagnosa
              Diagnosa demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dariperkembangan gejala serta adanya penyakit lain misalnya : tekanan darah tinggi atau kencing manis
             Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT-scan dan MRI dimaksutkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau strok. Jika pada seorang lanjut usia terjadi penurunan ingatan yang terjadi secara bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit alzaemer . Diagnosa penyakit alzhaemer terbukti hanya jika dilakukan otopsi otak yang menunjukkan banyaknya sel syaraf yang menghilang, sel yang tersisa tampak semerawut dan seluruh jaringan otak terdapat flak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal ). Metode diagnosis yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan fungsi lumbal dan PET (Position Emission Themography) yang merupakan pemeriksaan sekeming otak khusus ( www.wordpress.com,10 maret 2009 )


K.    Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian menggunakan tehnik mengobservasi perilaku pasien dan wawancara langsung pada pasien dan keluarganya. Observasi keluarga dilakukan terutama untuk mengkaji data objektif demensia. Ketika mengobservasi perilaku pasien untuk fakta tanda seperti kurang konsentrasi, tremor, kurang koordinasi gerak, aktifitas terbatas.
b.      Aspek psikologi
            Hal yang perlu dikaji oleh perawat
1)            Apakah pasien mengalami kebingungan
2)            Cemas
3)            Menunjukkan efek yang labil, datar atau tidak sesuai (www.wordpress.com,10 maret 2009 )
c.       Klien masih mampu melakukan aktifitas sehari-hari tidak.
1)             Adakah kelemahan
2)             Adakah delusi atau halusinasi
3)             Adanya bulimia atau tidak
4)             Adakah inkontinensia urin
5)             Bagaimana kemampuan kognitifnya
6)             Tidak bisa mengingat yang baru terjadi
7)             Kebutuhan sehari-hari ( ADL ) Perlu larutan tidak
8)             Gangguan dalam komunikasi atau tampak apatis ( www.meysi’s weblig.com,4 maret 2009 )








RENCANA KEPERAWATAN
No
Jam Hari Tgl
Dx Keperawatan
Perrencanaan
Tujuan  dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.

Perubahan proses berfikir b.d kehilangan memori, Degenerasi neuron irreversible
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tidak ada perubahan dalam proses berfikir dengan criteria hasil :
  1. Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau tingkah laku dan factor-faktor penyebab jika memungkinkan
  2. Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman dan lingkungan.
1.      Kaji derajat gangguan kognitif, orientasi orang, temapat dan waktu.
2.      Mempertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
3.      Tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan klien
4.      Panggil pasien dengan mengguanakan namanya
5.      Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan dengan klien
6.      Gunakan hal-hal yang humoris saat berinteraksi dengan pasien
7.      Ijinkan klien untuk mengumpulkan beda-benda yang aman
8.      Evaluasi pola dan kecukupan tidur atau istirahat
1.   Memberikan dasar untuk evaluasi atau perbandingan yang akan dating dan yang mempengaruhi pada intervensi
2.   Kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan sensori yang berlebih yang meningkatkan gangguan neuron
3.   Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang yang mengalami gangguan konseptual
4.   Menimbulkan pengenalan terhadap realitas terhadap individu
5.   Meningkatkan kemungkinan pemahaman, ucapan yang tinggi atau keras menimbulkan marah atau stress
6.   Tertawa dapat membantu dalam kounikasi dan membantu dalam mengatur kestabilan emosi
7.  Memelihara keamanan dan membuat keseimbangan kehilangan yang sudah pasti
8.  Kekurangan tidur dapat mengganggu proses tidur dan kemampuan koping pasien

2.

Perubahan persepsi sensori b.d Perubahan persepsi, transmisi dan integritas sensori ( deficit neurologist )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jsm, diharapkan tidak ada perubahan sensori dan criteria hasil sbb :
1.    Klien mampu mengidentifikasi dan mengontrol factor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perubahan dalam kemampuan persepsi sensori
2.       Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi
3.       Mempertahankan hubungan orientasi, realita dan lingkungan
4.       Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau
5.       Berikan sentuhan dalam cara perhatian
6.       Berikan perhatian dalam kenangan indah secara berkala ( musik, foto yang menyenagkan, cerita )
7.       Ajak piknik sederhana, jalan-jalan keliling rumah sakit dan sekitarnya
1.  Keterlibatan potak biasanya global, mungkin memperlihatkan masalah yang bersifat asimetrik yang dapat menyebabkan klien kehilanagan kemampuan pada salah satu fungsi tubuhnya
2.  Menurunkan kekacauan mental daan meningkatkan koping terhadap frustasi karena kesalahan persepsi dan disorientasi
3.  Membantu untuk menghindari masukan sensori penglihatan  atau pendengaran yang berlebih
4.  Dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri
5.  Menstimulasi ingatan, membangkitkan memori,membantu penngungkapan diri melalui peristiwa masa lalu
6.  Piknik menunjukkan realita dan memberikan stimulasi sensori yang menyenagkan
3.

Kurang perawatan diri b.d penurunan kognitif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jsm, diharapkan pasien terpenuhi keperawatan diri dengan criteria hasil sbb :
  1. Klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan diri
  2. Klien mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi atau komunitas yang dapat memberikan bantuan

1.      Identifikasi kesulitan dalam berpakaian  atau perawatan diri
2.      Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan
3.      Lakukan pengawasan namun berikan kesempatan untuk mellakukan sendiri sebanyak mungkin sesuai kemampuan
4.      Berikan banyak waktu untuk melakukan tugas
5.      Bantu pasien mengenakan pakaian yang rapi
1.  Memahami penyebab yang mempengaruhi intervensi
2.  Sesuai dengan perkembangan penyakit kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan
3.  Mudah sekali menjadi prustasi jika kehilangan kemandirian
4.  Pekerjaan yang terjadi mudah (berpakaian) sekarang menjadi terhambat karena adanya penurunan keterampilan motorik dan perubahan kognitif dan perubahan fisik
5.  Peningkatan kepercayaan, dapat menurunkan perasaan kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup

L.     Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN NY. A
DENGAN DEMENSIA

Kasus :
Ny. A (80 Tahun) tinggal bersama suaminya (86 tahun) dirumah yang terpisah dengan anak-anak mereka. 2 tahun yang lalu Ny. A di diagnosa terkena demensia. Namun Ny. A masih mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari sampai tahun lalu. Saat ini Ny. A tidak mau merawat diri dan sering lupa untuk makan. Ny. A sering bangun pada malam hari untuk ke kamar mandi. Saat bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar. Tn. A merasa khawatir Ny. A akan tersesat di luar rumah. Selain itu Ny. A juga sering salah dan lupa meletakkan barang-barang. Pada saat pengkajian, penampilan Ny. A terlihat kusut.

Data :
a.       DS         :        -  Ny. A tidak mau merawat diri
                             -  Ny. A sering lupa untuk makan
                             -  Ny. A sering bangun pada malam hari untuk ke kamar mandi
                             -  Ny. A sering salah dan lupa meletakkan barang-barang
                             -   Saat bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar
b.      Do         :        -  Penampilan Ny. A terlihat kusut.










ANALISA DATA
Nama Klien     :  Ny. A
No. RM           :
Hari/Tgl/Jam
Data
Problem
Etiologi
Ttd

DS     :   -         Ny. A sering lupa untuk makan.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tidak mampu dalam memasukkan makanan karena faktor psikologi.


DS :   -   Ny. A sering lupa untuk makan
          -   Ny. A sering salah dan lupa meletakkan barang-barang.
          -   Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar.
Gangguan proses berfikir
Kehilangan memori degenerasi neuron ireversible.


DS :   -   Ny. A sering bangun pada malam hari dan ke kamar mandi.
          -   Saat bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar .
Gangguan pola tidur






Penuaan berhubungan dengan perubahan pola tidur.


DS :   -   Ny. A tidak mau merawat diri.
DO:   -   Penampilan Ny. A terlihat kusut.
Kurang perawatan diri mandi/ higiene




























RENCANA KEPERAWATAN
No
Jam
Hari/Tgl
Dx. Keperawatan
Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan makanan karena faktor psikologi.
DS :  Ny. A sering lupa untuk makan
DO :  -
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan kriteria hasil sebagai berikut:
·   Pasien mengalami kenaikan BB 0,9 kg setiap minggu sampai 3 minggu.
·   Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
·   Peningkatan energi dan dalam berpartisipasi pada aktivitas.
1.      Kolaborasi dengan ahli gizi.
2.      Pastikan dietnya meliputi makanan yang mengan-dung tinggi  serat untuk mencegah konstipasi.
3.      Buat dokumentasi yang tepat tentang masukan, keluaran, dan jumlah kalori.
4.      Timbang BB tiap hari.
5.      Temani pasien selama makan.
6.      Berikan suplemen vitamin dan mineral dan pelunak feses sesuai pesan dokter.


2.

Gangguan proses berfikir ber-hubungan dengan  kehilangan memori degenerasi neuron ireversible.
DS :  - Ny. A sering lupa makan
          -  Ny. A sering salah dan lupa meletakkan barang-barang.
          -  Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar .
DO :  -
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada perubah-an dalam proses berfikir dengan kriteria hasil sebagai berikut:
·   Klien mampu mengenali perubahan dalam proses berfikir/tingkah laku dan faktor-faktor penyebab jika memungkinkan.
·   Klien mampu memperlihat-kanpenurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman dan kebingungan
1.       Kaji derajat gangguan kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu.
2.       Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
3.       Tatap wajah ketika ber-cakap-cakap denganklien.
4.       Panggil pasien dengan namanya.
5.       Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan dengan pasien.
6.       Gunakan hal-hal yang humoris saat berinteraksi dengan pasien.
7.       Ijinkan untuk mengumpul-kan benda-benda yang aman.
8.       Evaluasi pola dan keca-kapan tidur/istirahat

3.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan penuaan berhubungan dengan perubahan pola tidur.
DS :  -  Ny. A sering bangun pada malam hari untuk ke kamar mandi.
          -  Saat bangun kadang-kadang Ny. A keluar rumah dan tidak kembali ke kamar.

DO:  -
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat melakukan istirahat tidur berkualitas dengan kriteria hasil sebagai berikut :
·   Pasien dapat tidur 4-6 jam
·   Pasien mampu jatuh tidur 30 menit, dan mendapatkan 6-8 jam tidur yang nyenyak setiap malam tanpa obat tidur.
1.      Catat secara ketat pola tidur pasien.
2.      Mengurangi tidur seharian untuk mendukung tidur yang lebih tenang pada malam hari.
3.      Berikan obat-obatan anti depressan sebelum tidur.
4.      Bantu dengan tindakan-tindakan yang dapat mendukung tidur, seperti kehangatan, dll.
5.      Melakukan latihan relak-sasi.
6.      Batasi masukan minuman yang mengandung kafein.

4.

Kurang perawatan diri mandi/ hygiene berhubungan dengan kerusakan kognitif
DS : Ny A tidak mau merawat diri
DO:  Penampilan Ny. A terlihat kusut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat melakukan perawatan diri dengan kriteria sebagai berikut:
·   Klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan diri.
·   Klien mampu mengidentifi-kasikan dan menggunakan sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memberikan bantuan.
1.      Identifikasi kesulitan da-lam berpakaian/ perawatan diri.
2.      Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
3.      Lakukan pengawasan na-mun berikan kesempatan untuk melakukan sendiri sebanyak mungkin sesuai kemampuan.
4.      Berikan banyak waktu untuk melakukan tugas.
5.      Bantu untuk mengenakan pakaian dengan rapi


BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
      Demensia adalah suatu sindroma yang disebabkan oleh sindroma dengan adanya kehilangan kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga kognitif, bahasa, kemampuan visual dan kepribadian. Kelima komponen tersebut harus terganggu semuanya, namun sebagian besar kasus, kelima komponen ini memang terganggu dalam kondisi yang bervariasi.
      Pada demensia terjadi perubahan-perubahan fisik umumnya pada sistem persyarafan. Sehingga demensia diklasifikasikan kedalam beberapa golongan diantaranya :
  1. Demensia degeneratif primer
  2. Demensia Multi Infark
  3. Demensia yang reversible atau Sebagian irreversible
  4. Gangguan lain ( trauma neurology )
Setiap golongan mempunyai patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala yang berbeda-beda, selain itu juga pada penatalaksanaan dilakukan dengan duacara yaitu melalui tindakan dan terapi.
Demensia memiliki diagnosa antara lain :
  1. Perubahan proses berfikir b.d kehilangan memori, degenerasi neuron irreversible
  2. Perubahan persepsi sensori b.d Perubahan persepsi sensori
  3. Kurang perawatan diri

B. Saran
Demensia tidak dialami oleh semua lansia, sehingga untuk menghindarinya kita perlu melakukan hal-hal yang tidak menyebabkan demensia yang harus kita mulai dari sekarang. Sehingga kita kelak akan terhindar dari Demensia. Tujuan hidup kita tidak sia-sia, karena salah satunya hidup pada lansia tentram dan sejahtera secara holistic.
Sedangkan kita sebagai perawat dalam merawat lansia harus membedakan perawatan kita kepada umur-umur yang lain karena telah kita sadari bahwa lansia itu seperti kembali lagi kemasa bayi karena fungsi-fungsi organyya berkurang.








































DAFTAR PUSTAKA

Parmojo.Boedhi. 2004.Geriarti-Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,Ed : 3. Jakarta : FKUI

Doengus, Marylinn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Watson, Roger.2003 Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC

Kusuma, Widjaja. 1997. Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktik. Jakarta :             professional.

Mesasi:dimensia pada lanjut usia.
        diakses tgl 4 maret 2009

 Cahyo:Lansia Demensia.
        diakses tgl 10 maret 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar